Ampunan
Allah sangat luas, Allah adalah Yang Maha Pengampun. Tapi, jangan
terperdaya oleh syaitan dan hawa nafsu sehingga bermudah-mudahan untuk
berbuat dosa.
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Wahai sekalian manusia, apa yang menyebabkan kalian terperdaya dari Tuhanmu yang Maha Mulia? (Q.S al-Infithar:6)
Sikap seorang mukmin adalah memadukan antara amal sholih dengan perasaan khawatir amalnya tidak diterima.
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati
yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka (Q.S alMukminuun:60)
Ibunda
kaum beriman, Aisyah radliyallaahu anha pernah bertanya kepada Nabi
tentang ayat tersebut: (Apakah yang dimaksud dalam ayat ini) adalah
seseorang yang mencuri, berzina, dan minum khamr, kemudian dia takut
kepada Allah? Rasul menyatakan: Bukan wahai putri Abu Bakr, wahai putri
as-Shiddiq, akan tetapi (yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah
seorang yang sholat, shaum, dan bershodaqoh, kemudian dia takut kepada
Allah (H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dishahihkan alHakim dan
disepakati adz-Dzahaby)
Al-Hasan
al-Bashri menyatakan: Seorang mukmin menggabungkan antara perbuatan
baik dengan perasaan takut, sedangkan orang munafik menggabungkan antara
perbuatan buruk dengan perasaan aman (santai; tenang-tenang
saja)(Tafsir Ibn Katsir)
Salah satu sifat penduduk surga adalah mereka merasa khawatir akan adzab Allah dan terus berupaya mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada Allah.
Salah satu sifat penduduk surga adalah mereka merasa khawatir akan adzab Allah dan terus berupaya mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada Allah.
قَالُوا
إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ
نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28)
(Penduduk
surga) berkata: Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di
tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab). Maka Allah
memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu menyembahNya. Sesungguhnya Dialah yang
melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang (Q.S atThuur:26-28)
Kisah
Sahabat mulya, Umar bin al-Khottob patut menjadi renungan, saat beliau
menjelang akan meninggal dunia sakit akibat tusukan pisau beracun
sewaktu beliau menjadi Imam, banyak kaum muslimin yang bertakziyah.
Salah satunya adalah seorang pemuda. Ia datang menjenguk Umar dan
berkata: Bergembiralah engkau wahai Amirul Mukminin, dengan kabar
gembira dari Allah. Karena engkau adalah Sahabat Nabi, termasuk
pendahulu dalam Islam (Muhajirin), kemudian engkau menjadi pemimpin dan
bersikap adil, sedangkan sebentar lagi (InsyaAllah) kau akan mati
syahid.
Perhatikan
ucapan pemuda tersebut. Umar memiliki beberapa keistimewaan yang
menyebabkan dia berpeluang besar untuk masuk surga, yaitu:
(1) Menjadi Sahabat Nabi
(2) Termasuk Muhajirin (pemuka dalam Islam)
(3) Menjadi Khalifah (Pemimpin) yang disaksikan oleh rakyatnya sebagai pemimpin yang adil.
(4) InsyaAllah sebentar lagi akan mati syahid (terluka parah karena tertusuk orang kafir saat menjadi Imam sholat)
Belum lagi dalam hadits dinyatakan secara tegas bahwa Umar adalah termasuk 10 orang Sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
(1) Menjadi Sahabat Nabi
(2) Termasuk Muhajirin (pemuka dalam Islam)
(3) Menjadi Khalifah (Pemimpin) yang disaksikan oleh rakyatnya sebagai pemimpin yang adil.
(4) InsyaAllah sebentar lagi akan mati syahid (terluka parah karena tertusuk orang kafir saat menjadi Imam sholat)
Belum lagi dalam hadits dinyatakan secara tegas bahwa Umar adalah termasuk 10 orang Sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Namun bagaimana jawaban Umar terhadap kabar gembira tersebut?
Umar justru menyatakan:
Umar justru menyatakan:
وَدِدْتُ أَنَّ ذَلِكَ كَفَافٌ لَا عَلَيَّ وَلَا لِي
Aku sudah sangat senang seandainya (keutamaan-keutamaan) itu impas dengan dosa-dosaku (H.R alBukhari)
Subhaanallah,
kita yang jauh dibandingkan Umar, kadang masih suka bermudah-mudahan
berbuat dosa sambil berkata: Ah, tenang saja, Allah kan Maha Pengampun.
Ampuni kami Ya Allah, kumpulkanlah kami di Jannah (Surga)Mu bersama orang-orang terbaik yang Engkau cintai: para Nabi, Shiddiqun, Syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Kami sangat butuh rahmat dan ampunanMu. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ampuni kami Ya Allah, kumpulkanlah kami di Jannah (Surga)Mu bersama orang-orang terbaik yang Engkau cintai: para Nabi, Shiddiqun, Syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Kami sangat butuh rahmat dan ampunanMu. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(dinukil dari buku ‘Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat karya Abu Utsman Kharisman halaman 117-120)