Kamis, 26 Desember 2013

Allah Maha Pengampun, Namun Jangan Terpedaya ...

Ampunan Allah sangat luas, Allah adalah Yang Maha Pengampun. Tapi,  jangan terperdaya oleh syaitan dan hawa nafsu sehingga bermudah-mudahan untuk berbuat dosa.
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Wahai sekalian manusia, apa yang menyebabkan kalian terperdaya dari Tuhanmu yang Maha Mulia? (Q.S al-Infithar:6)
Sikap seorang mukmin adalah memadukan antara amal sholih dengan perasaan khawatir amalnya tidak diterima.
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka (Q.S alMukminuun:60)
Ibunda kaum beriman, Aisyah radliyallaahu anha pernah bertanya kepada Nabi tentang ayat tersebut: (Apakah yang dimaksud dalam ayat ini) adalah seseorang yang mencuri, berzina, dan minum khamr, kemudian dia takut kepada Allah? Rasul menyatakan: Bukan wahai putri Abu Bakr, wahai putri as-Shiddiq, akan tetapi (yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah seorang yang sholat, shaum, dan bershodaqoh, kemudian dia takut kepada Allah (H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dishahihkan alHakim dan disepakati adz-Dzahaby)
Al-Hasan al-Bashri menyatakan: Seorang mukmin menggabungkan antara perbuatan baik dengan perasaan takut, sedangkan orang munafik menggabungkan antara perbuatan buruk dengan perasaan aman (santai; tenang-tenang saja)(Tafsir Ibn Katsir)
Salah satu sifat penduduk surga adalah mereka merasa khawatir akan adzab Allah dan terus berupaya mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada Allah.
قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28)
(Penduduk surga) berkata: Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab). Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembahNya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang (Q.S atThuur:26-28)
Kisah Sahabat mulya, Umar bin al-Khottob patut menjadi renungan, saat beliau menjelang akan meninggal dunia sakit akibat tusukan pisau beracun sewaktu beliau menjadi Imam, banyak kaum muslimin yang bertakziyah. Salah satunya adalah seorang pemuda. Ia datang menjenguk Umar dan berkata: Bergembiralah engkau wahai Amirul Mukminin, dengan kabar gembira dari Allah. Karena engkau adalah Sahabat Nabi, termasuk pendahulu dalam Islam (Muhajirin), kemudian engkau menjadi pemimpin dan bersikap adil, sedangkan sebentar lagi (InsyaAllah) kau akan mati syahid.
Perhatikan ucapan pemuda tersebut. Umar memiliki beberapa keistimewaan yang menyebabkan dia berpeluang besar untuk masuk surga, yaitu:
(1) Menjadi Sahabat Nabi
(2) Termasuk Muhajirin (pemuka dalam Islam)
(3) Menjadi Khalifah (Pemimpin) yang disaksikan oleh rakyatnya sebagai pemimpin yang adil.
(4) InsyaAllah sebentar lagi akan mati syahid (terluka parah karena tertusuk orang kafir saat menjadi Imam sholat)
Belum lagi dalam hadits dinyatakan secara tegas bahwa Umar adalah termasuk 10 orang Sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Namun bagaimana jawaban Umar terhadap kabar gembira tersebut?
Umar justru menyatakan:
وَدِدْتُ أَنَّ ذَلِكَ كَفَافٌ لَا عَلَيَّ وَلَا لِي
Aku sudah sangat senang seandainya (keutamaan-keutamaan) itu impas dengan dosa-dosaku (H.R alBukhari)
Subhaanallah, kita yang jauh dibandingkan Umar, kadang masih suka bermudah-mudahan berbuat dosa sambil berkata: Ah, tenang saja, Allah kan Maha Pengampun.
Ampuni kami Ya Allah, kumpulkanlah kami di Jannah (Surga)Mu bersama orang-orang terbaik yang Engkau cintai: para Nabi, Shiddiqun, Syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Kami sangat butuh rahmat dan ampunanMu. Sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(dinukil dari buku ‘Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat karya Abu Utsman Kharisman halaman 117-120)